Selasa, 29 April 2008

Surat Elektronik Philip Giawa_Bagian Dua

Respon Kami:

Date:Sat, 26 Apr 2008 21:24:17 -0700 (PDT)
From:"Emanuel Migo"
Subject:Re: bangunan brr di lolomoyo
To:"Philip Giawa"
CC:e-aceh-nias@brr.go.id,

Yth. Romo Philip,
Terima kasih atas respon yang baik sekali atas e-mail saya kemarin. Informasi detail dan pandangan Romo sangat berguna dan merupakan feedback yang sangat baik bagi kami untuk menilai program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nias dan Nias Selatan yang tengah berlangsung. Saya dengan senang hati meneruskan informasi dan pandangan Romo ini ke Kepala BRR Perwakilan Nias Bpk William P. Sabandar.

Kami sependapat terkait keprihatinan Romo terhadap bagaimana masyarakat miskin di desa-desa dapat mengakses dan memanfaatkan kemajuan infrastruktur fisik yang ada. Terkait hal ini, kami anjurkan Romo membaca wawawancara Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar dan tulisan terkait lainnya di www.niasonline.net (pada bagian Diskusi Online II) dan wawancara mengenai strategi rekonstruksi transportasi Nias di http://pic-brr.blogspot.com/2007_07_22_archive.html

Sesuai mandat BRR, proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang berlangsung di Nias dewasa ini memang lebih fokus pada pendekatan pembangunan kembali pasca bencana. Meskipun demikian, kemajuan yang telah dicapai sekarang ini menurut kami sangat baik, yang memungkinkan terbukanya peluang untuk pembangunan berkelanjutan menuju Nias yang makmur dan kuat.

Butuh pemikiran bersama dari berbagai pihak yang concern dengan pembangunan Nias untuk menggerakan pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia di Nias pasca BRR. Untuk itu, menurut rencana pada 15 Mei mendatang kami mengadakan pertemuan seluruh stakeholder rekonstruksi Nias di Medan Sumatra Utara, yang fokus membicarakan komitmen lanjutan dalam rangka mempersiapkan pembangunan berkelanjutan di Nias.

Secara umum, tujuan Nias Island Stakeholder (NISM yang ke-4) di Medan adalah untuk membangun komitmen paling tidak 3 hal utama. Pertama, bagaimana mengembangkan kelembagaan dan organisasi yang dapat menjamin transisi rekonstruksi dengan baik dan sekaligus menjalin keberlanjutan peran donor dan pemerintah pusat pasca BRR. Kedua, merumuskan strategi dan rencana aksi bagi upaya pengurangan resiko bencana menuju masyarakat Nias yang siaga bencana. Ketiga, mendukung pemerintah daerah dalam mengembangkan rencana aksi bagi pengembangan ekonomi dan pembangunan manusia di Kepulauan Nias.

Untuk pengembangan ekonomi masyarakat sendiri, BRR tengah mempersiapkan suatu program yang disebut program pengembangan ekonomi dan livelihood (Nias Livelihood and Economic development Program/Nias LEDP). Program dengan dukungan dari Multi Donor Fund ini menyiapkan dana sebanyak Rp. 180 milyar yang dilaksanakan selama 3 tahun sejak pertengan tahun 2008.

Itulah secara ringkas gambaran mengenai apa yang akan segara kami laksanakan dengan kesadaran yang sama terkait bagaimana membangun masyarakat Nias yang lebih baik ke depan. Untuk itu, kami sangat memohon peran serta semua pihak, termasuk tentu saja Romo Philip untuk membantu memikirkan, dengan kritik, saran dan aksi lainnya yang dirasa perlu untuk menopang tujuan mulia ini.

Terima kasih dan Selamat Berhari Minggu.

Philip Giawa:

Date:Sat, 26 Apr 2008 03:57:51 -0700 (PDT)
From:"Philip Giawa"
Subject:bangunan brr di lolomoyo
To:emanuel.migo@brr.go.id
CC:e-aceh-nias@brr.go.id,

Kepada Yth. Bapak Emanuel Migo di : Gunung Sitoli, Nias
Terimakasih atas surat Bapak yang terakhir yang “mendarat” di atas Laptop tua saya pada Saturday, April 26,2008, 1:40:24 PM. Dengan surat Bapak saya menjadi makin memahami cara kerja di BRR pada umumnya dan di Bagian Bapak pada khususnya. Terlebih sekarang saya sudah mengerti bahwa harapan untuk mendapatkan bantuan yang layak (sebenarnya berupa “hak” dan bukan “derma”) bagi gedung Gereja Katolik di Desa saya (aduh, maaf, terpaksa saya memakai Possessive Pronomen First Singular, yaitu saya) Lolomoyo sudah pupus in aeternum.
Dengan ini saya akan beritahu juga pada Panitia Pembangunan Gereja Lolomoyo bahwa, daripada menagih hak kepada Dekanus Nias apalagi kepada Pastor Paroki, lebih baik berbahagia dengan kondisi yang sudah dicapai atas usaha sendiri dulu. Soalnya, proses permohonan bantuan untuk semua gereja di Paroki Togizita adalah dilakukan oleh saya sendiri sebagai Pastor Paroki incumbent waktu itu. Dan Gereja stasi Lolomoyo mendapat prioritas yang pertama, bukan karena It is my church, tetapi karena di antara semua gedung gereja katolik yang ada di Kecamatan Lolowa’u, Kabupaten Nias Selatan dialah yang sudah totally damaged. Itu sebabnya menjadi suatu pertanyaan dari pihak saya. Tapi setelah ada jawaban final melalui Bapak, saya kini maklum.

Saya beralih ke pokok yang lain. Tentang 4 rumah buatan BRR yang dibengkalaikan. Harus dikatakan bahwa pembangunannya dulu memang tanpa pengawasan yang memadai. Ditambah lagi, dua dari bangunan itu tidak memenuhi kriteria keadilan pemilihan penerima bantuan. Saya setuju bahwa kalau bisa semua rumah orang miskin dibangun secara gratis. Tetapi bukan itu prioritas kan ? Kepala Desa kami memang sangat ceroboh dalam hal ini. Tidak jelas lagi siapa menerima dan siapa tidak; siapa yang pertama dan siapa yang dikemudiankan.. Keempat rumah tsb :masing-masing a.n. Ama Riana Halawa (rusak berat, rumah lama masih dipakai sampai sekarang; rumah BRR ini dibangun atas tanah yang bermasalah, tanah warisan yang belum disetujui oleh banyak pihak; bisa saya pastikan bahwa dengan berdirinya rumah Ama Riana buatan BRR itu nanti perselisihan dan sengketa di antara yang bersaudara potensial terjadi. Harap dicatat agar kelak jangan terkejut kalau pihak BRR akan dipanggil barangkali ke pejabat yang berwewenang; maka kalau ada apa-apa terjadi kelak minimal ini sudah saya publikasikan dan menjadi salah satu sumber pengambilan keputusan hukum yang sah. Rumah yang berikut ialah a.n. Ama Rama Giawa; ini benar-benar dulu sudah rata dengan tanah; kemudian karena BRR agak lama kemudian baru datang si Ama Rama itu ambil inisiatif dan mendirikan rumah kayu yang bagus untuk keluarganya; yang ketiga a.n. Yasombowo Ndruru. Rumahnya sama sekali tidak rusak oleh gempa, tetapi karena hanya terdiri dari lantai tanah dan dinding papan serta atap rumbia maka dibangun atas dasar “belaskasihan” dari Kepala Desa Yafeti Halawa II (?); dan yang terakhir rumah atas nama Fatoro Giawa. Yang ini benar-benar sudah hancur lebur. Dulunya rumah itu adalah satu-satunya rumah adat motif Nias Tengah yang masih utuh di seluruh Kecamatan Lolowa’u. Lama sudah tidak direhab karena siempunya tidak mungkin menyanggupi biayanya, akhirnya tamatlah riwayatnya oleh gempa dahsyat itu. Terlepas dari reality di atas saya sangat mengharap bahwa rumah-rumah itu difungsikanlah untuk manusia. Terimakasih!

Sedikit sharing dengan hal lain. Setiap kali saya membuka situs www.e-aceh-nias.org saya tertarik dengan salah satu running text dari YM Soesilo Bambang Yudhoyono, President of Indonesia, yang berbunyi: “ We will rebuild Aceh and Nias, and we will build it back better…” Apa yang dikatakan oleh Bapak Presiden ini sudah menjadi kenyataan, sekurang-kurangnya sebagian. There have been many things in Nias that have been really better, compared with the condition before the earthquake. We can see the very good road from Gunung Sitoli via Idanogawo to Teluk Dalam , circa 110 long; the other provincial roads: Gunungsitoli to Lahewa via Tuhemberua; the road from Gunung Sitoli to Lolowa’u; Lolowa’u-Teluk Dalam is an exception. It is still not much better than 5 years ago. The very vital bridge in Sungai O’O’U kecamatan Lolowa’u, Kab. Nias Selatan has not yet begun. It is still a belly bridge. What else can we say? Look at the RSU Gunung Sitoli. I think it would be one of the best hospitals in North Sumatera . It has been funded by Malaysia , China , Singapore and Japan . Extraordinary! Das ist wunderbar, the Germans usually say. Turn to the Dermaga Gunung Sitoli, now it is being built, and it will really be better, I believe. Where are we going now. Go with your Honda, or what you call it, and round the villages, you can give testimony that, thousands of new by BRR –built buildings (by BRR itself or by NGO’s) have been really there. You can watch the laughing children and the sitting mother, they are enjoying the gift from God through many very good will persons from all over the world. I am mentioning only a little drop of the ocean of development, done since BRR is implemented.

But, but yes. Could I give you a different point of view? Without undervalueing the accomplishment, I would like to show another reality. What has been done, truly, it still touches more the elite people than the poor. Let us give an example. We are proud of many hundreds Kms new good roads. But for whom? Do they touch the need of many poor people in the very remote villages in Nias? What is it for to them the good road, if they do not have an access from their villages to the hot mixed roads? It is nonsense like it was. They stay untouched. Why? Because the policy of rebuilding is not poor people based. Who are proud of the hot mix? Certainly, they who have motors, who have Ranger, Jeep, BMW, and so on. I have been rounded many times almost all the surface of Nias land, because I have been a parrochial priest during 20 years, and the last when I was in Paroki Amandraya November last year (2007). What I have seen directly in the villages pushed me to the conclusion and a question: what and where the better things that our President has promised to the International Forum?? The people still have no access to a good schools, to a good hospitals. Before reaching a “nearest” hospital they have died. This is and this was so. We are proud of Rumah Sakit Rujukan in Gunung Sitoli, but only those who have enough money, that can be healed there. The poors remain disabled.

What heaven am I saying this? Certainly not to diminish the credibility of BRR. Not at all! But only to attract awareness of another reality side. April 2009 BRR will finish and say good bye to Nias. Can the local governmenttake over and continue the rehabilitation and the reconstruction? I believe, it can if it has a good political will; so, I have a suggestion: not to leave behind the poor. Hot mix road, good harbour, best hospital, new bulding, all those are undispensable; but the more important things is that how to make the poor people aware that BRR is not a Sinterklaus. The billions rupiahs of money that have been used to rebuild Nias is not “derma” at all, but a debt that must be repaid by us all now or when in the future. In other words, don’t let the Niassans behind not knowing what to do next after. In my opinion, “build it back better” according to the term of our President, must mean create access to the poor to rebuild their life themselves better, not “hung” by the donors for ever. It need long and serious discussion to land this idea on earth.

Maaf Pak Emanuel Migo, saya selingi dengan bahasa asing karena tembusan Email ini ada yang ke luar negeri. Satu Draf sedang saya siapkan dalam bahasa Jerman dan satu lagi dalam bahasa Italia. Kebetulan dulu saya berkesempatan lebih dari 4 tahun di Eropah khususnya di kedua negara itu dan hingga sekarang ada korespondensi dgn sejumlah rekan studen dulu dan sekarang. Kata pepatah, Two heads is better than one head.

Terimakasih atas kesediaan membaca email panjang ini. Semoga inspiratif! Maaf kalau ada kata yang kurang formal dan bahkan vulgar. Sampai jumpa di email-email berikut. Dari Pastor Philip Giawa.

Surat Eletronic Philip Giawa_Bagian Pertama

RESPON KAMI:

Date: Fri, 25 Apr 2008 23:40:24 -0700 (PDT)
From: "Emanuel Migo"
Subject:Re: Fw: [e-aceh-nias.org] Suara Publik dari PHILIPUS GIAWA
To:giawaphilip
CC:"E Aceh Nias"
e_aceh_nias@brr.go.id

Kepada Yth.,
Pastor Philip Giawa
Di Sibolga

Terima kasih atas surat eletronik yang Anda sampaikan melalui website kami: e-aceh-nias. Berikut tanggapan kami atas beberapa informasi dan pertanyaan yang Anda ajukan. Ini adalah tanggapan kami yang ke-2 setelah tanggapan pertama kami untuk informasi dan pertanyaan yang Anda sampaikan kepada kami melalui alamat email: emanuel.migo@brr.go.id Dengan ini saya juga melampirkan e-mail Anda dan balasan saya sebelumnya.

Mengenai bagaimana mekanisme Bantuan Gereja (Katolik):
Sebagaimana telah kami sampaikan pada tanggapan kami yang pertama, untuk bantuan gereja dan gedung peribadatan lainnya, BRR bekerjasama dengan suatu dewan terdiri dari perwakilan denominasi gereja dan atau kelompok agama lainnya. BRR menyiapkan program/dana, sedangkan dewan perwakilan agama-agama ini memproses penunjukan rumah peribadatan yang akan mendapatkan bantuan di kelompok agama masing-masing, lalu dirembukan dan ditetapkan sebagai penerima bantuan.

Untuk gereja Katolik, yang merekomendasikan gereja yang akan mendapatkan bantuan adalah pihak Dekenat Gereja Katolik di Nias. Untuk itu, jika masih ada pertanyaan mengapa gereja Katolik di Desa Lolomoyo, Kec. Lolowa’u tidak termasuk dalam salah satu gereja yang dibantu, kami anjurkan untuk menyanpaikan langsung ke pihak Dekenat Gereja Katolik di Nias.

Sebagai informasi, Gereja Katolik di Nias Selatan mendapatkan jatah bantuan sebanyak 137 unit gereja, dimana masing-masing gereja mendapat bantuan Rp. 37 juta lebih. Bantuan ini diberikan selama kurun waktu 2005-2007. Dana bantuan gereja saat ini (Tahun Anggaran 2008) telah habis, atau sudah tidak ada lagi dalam DIPA BRR NAD-Nias T.A 2008.

Bantuan Rumah:
Bantuan perumahan diberikan kepada korban yang rumahnya rusak karena bencana gempa bumi 28 Maret 2008. Bagi mereka yang rumahnya rusak total mendapatkan bantuan rumah baru. Sedangkan yang rusak berat dan ringan mendapat pergantian biaya sebesar Rp. 2,5 juta (sesuai SK Kepala Bapel RR NAD-Nias yang terbaru). Pergantian biaya ini mulai dilaksanakan dan berlaku secara merata untuk yang lalu, sedang dan akan datang.

Mengenai rumah terbengkelai adalah tugas dan tanggungjawab BRR untuk menuntaskan. Saat ini telah dimulai proses penyelesaian terhadap beberapa proyek perumahan yang belum selesai dikerjakan.

Kami sampaikan terima kasih atas informasi mengenai 4 unit rumah yang setengah jadi/terbengkelai di Desa Lolomoyo, Kec. Lolowa’u Nias Selatan. Informai ini kami sampaikan ke berbagai pihak, antara lain Kepala Bagian Perumahan BRR Distrik Nias Selatan dan juga ke bagian Unit Pengawasan Internal (UPI) BRR Perwakilan Nias sebagai bahan untuk pengecekan jika terjadi pelanggaran seperti kasus korupsi, kolusi dan Nepotisme.

Kami juga sangat menghargai dan berterima kasih terhadap informasi mengenai proses pendataan penerima manfaat bantuan perumahan. Hal ini pun kami sampaikan ke berbagai pihak yang terkait di BRR.
Berkaitan dengan pendataan perumahan ini, ada beberapa informasi umum yang ingin kami sampaikan.

Pertama, bahwa BRR Perwakilan Nias sejak tahun 2007 menetapkan proses bantuan pembangunan rumah melalui pendekatan pembangunan rumah berbasis masyarakat, atau masyarakat sendiri yang melaksanakan proses pembangunan rumah mereka.

Proses ini dimulai dari pendataan rumah yaitu dimulai dengan musyawarah desa hingga pembangunan fisik rumah. Musyawarah Desa melibatkan warga seluruh desa dimana masyarakat desa-lah yang menentukan siapa saja yang berhak.

Penjadwalan musyawarah desa dibuat secara bersama antara Kepala Desa dengan Bagian Perumahan BRR. Di banyak desa, Kepala Desa proaktif menyampaikan surat kepada Bagian Perumahan BRR untuk meminta diadakan musyawarah desa di desa mereka.

Ada hal penting terkait pendataan dengan model musyawarah desa ini, yaitu jika belum ada titik temu atau masih ada protes dari masyarakat di suatu desa mengenai data penerima manfaat yang benar di desa mereka, maka bantuan pembangunan rumah di desa tersebut tidak akan ditetapkan.

Pada umumnya di Nias Selatan (dan besar kemungkinan termasuk di Desa Lolomoyo) proses bantuan perumahan tidak akan bergerak maju, jika masih ada silang pendapat mengenai pendataan yang benar. Ini adalah harga dari upaya kita bersama untuk menegakkan prinsip-prinsip keadilan dan kemauan untuk membangun institusi sosial yang baik dan kuat pada masa mendatang.

Melalui pendekatan ini kami hendak meminimalisir berbagai kecurangan yang marak terjadi pada pembangunan rumah fase sebelumnya dan berharap agar masyarakat mendapatkan penguatan institusi melalui kerjasama yang benar dan adil dalam proses pembangunan rumah, penguatan ekonomi karena perputaran uang yang maksimal terjadi di desa dan peningkatan kualitas bangunan rumah.

Boleh jadi, berbagai pelanggaran dapat dipicu atau dilaksanakan oleh petugas-petugas BRR sehingga menggangu proses yang ideal, dan untuk itu BRR Perwakilan Nias akan meninggak dengan tegas. Telah banyak contoh petugas BRR yang melakukan tugas fasilitasi dipecat dan atau diproses hukum. Laporan yang spesifik terkait hal ini sangat kami harapkan.

Sebaliknya, kami juga mohon bantuan Romo Philip untuk mensosialisasikan pentingnya menempatkan kepentingan umum dan solidaritas sosial yang baik di tengah masyarakat. Hal penting yang menurut kami perlu diperhatikan adalah, bahwa untuk mencapai kemajuan bersama yang baik membutuhkan semangat kebersamaan, di mana kepetingan umum perlu diutamakan. Bukan sebaliknya, kepentingan saya atau kepentingan keluarga saya yang lebih sering mengemuka.

Masalah yang kurang lebih sama yaitu adanya ancaman oleh orang-orang yang merasa memiliki kekuatan yang digunakan untuk mencapai interest pribadi. Hal-hal seperti ini merupakan masalah yang seringkali menggangu proses rehabilitasi dan rekonstruksi dengan benar dan adil.

Akhirnya terima kasih atas informasi dan keluhan yang Romo Philip sampaikan. Semoga Nias dan Nias Selatan yang lebih baik dapat segera terwujud, dimana upaya untuk itu bukan hanya ada dipundak BRR atau lembaga-lembaga donor/sosial yang ada, tetapi justru terutama dipundak masyarakat Nias dan Nias Selatan sendiri.

SURAT ELEKTRONIK DARI PHLIP GIAWA:

To: e_aceh_nias@brr.go.id
From:
Date: 04/16/2008 05:28PM
Subject: [e-aceh-nias.org] Suara Publik dari PHILIPUS GIAWA

PHILIPUS GIAWA, di Desa Lolomoyo,Kecamatan Lolowa'u,Kab Nisel (sementara ini sedang di Sibolga,Biara St.Felix Mela)

Kepada Yth. Bapak Dr. William Sabandar di Tempat. Gempa Dahsyat yang menggoncang kuat Pulau Nias itu sudah berlalu tiga tahun. Melalui Situs BRR NAD-Nias, saya cukup rajin mengikuti berita-berita perihal Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh dan Nias pada khususnya. Umumnya orang mengacungkan jempol tentang pencapaian yang diperoleh hingga sekarang. Pastilah, hasil yang sedemikian hebat itu adalah hasil kerja keras dan dedikasi tinggi dan ikhlas penuh kesadaran dari semua orang yang terlibat di dalamnya terutama para stakeholdersnya. Ada malah yang sudah menyimpulkan bahwa pembangunan di Nias sekarang sudah jauh melebihi dari kabupaten2 lain di Sumut. Untuk itu saya sebagai salah seorang yang mengalami langsung bencana itu mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan rekan-rekannya. Semoga Bapak Cs tidak menjadi jenuh dan bosan melanjutkan misi agung ini. Tetapi, ya apapun selalu ada tetapinya, ada uneg-uneg yang sudah lama saya pendam. Mungkin sekarang boleh saya sampaikan saja. Begini. Di kampung saya itu, yaitu di kampung Lolomoyo, Desa Lolomoyo, Kecamatan Lolowa'u, bangunan BRR tidak tuntas-tuntas. Juga ada diskriminasi (barangkali disengaja oleh pihak tertentu?) dalam penentuan perolehan bantuan rekonstruksi dan rehabilitasi rumah. Singkatnya, sampai sekarang, ada 5 (lima) bangunan di sana yang sudah setengah siap tetapi tidak difungsikan atau tidak diizinkan difungsikan oleh BRR untuk memakainya? Kenapa ya? Apalagi, pemilihan keluarga-keluarga yang mendapat bantuan dipenuhi dengan rekayasa. Contoh. Rumahku (lebih tepat rumah abangku) pada waktu gempa boleh dikatakan rusak berat mendekati rusak total. Sejumlah LSM (mungkin mitra BRR?) telah datang untuk mensurvey dan memberi janji2 toh, nihil semua. Apa sih kriteri agar mendapat bantuan gratis itu yang notabene berasal dari donatur yang pada suatu saat kita-kita ini atau anak cucu kita akan membayarnya dengan suatu cara? Tolong pak diperhatikan. Satu lagi, gereja Katolik di desa tersebut dulu sudah rusak total, rata dengan tanah. Mengapa hingga sekarang luput dari perhatian BRR. Walaupun pembangunan kembali sudah dimulai oleh umat, namun belum selesai hingga sekarang. Gereja-gereja lain sudah mendapat, mengapa gereja yang satu itu dianggap tidak ada di muka bumi Nias? Banyak lagi yang akan kuutaakan sebenarnya tapi terlalu panjang jadinya nanti. Sudah berulang kali saya mengirim Email kepada Bapak Emanuel Migo, namun laptopnya barangkali sudah tidak berfungsi lagi atau alamat Mailnya sudah berobah? Kalau inipun nantinya ternyata tidak ada jawaban, saya anggap tidak ada akses lagi di tanah air dan saya akan coba ke luar negeri saja untuk berdiskusi. Atas perhatian semua pihak yang membaca ini kuucapkan terimakasih. Tolong Pak tinjau sekali rumah-rumah BRR itu di desa kami yang sekarang menjadi tempat kambing-kambing. Sayang ya, uang negara dan uang para donor disia-siakan begitu saja. Salam hanga dari Saya. Philipus Giawa, penduduk Desa Lolomoyo. Ya'ahowu.

RESPON SURAT ELEKTRONIK PHILIP GIAWA SEBELUMNYA:

Philip Giawa:

From:Philip Giawa
To:emanuel.migo@brr.go.id
Date:Wednesday, April 09, 2008 05:50PM
Subject:bangunan brr di desa lolomoyo nisel

Selamat jumpa Pak Migo. Akhir-akhir ini saya makin sering mengikuti news release dan berita-berita lain terkait BRR di Nias. Untuk semua yang sudah dicapai saya ikut berterimakasih. Luar biasa. Waktu saya anggota DPRD dulu pernah mimpi memperoleh APBD 2 T. Tau-tau yang datang malah jauh lebih dari itu.
ADa keluhan saya yang lain pak. Saya ini berasal dari Desa Lolomoyo, Kecamatan Lolowa'u, Nias Selatan. Di Lorong saya Lolomoyo, sudah dibangun 4 unit rumah BRR. Hingga sekarang belum pernah diselesaikan dan malah dililit oleh rumput dan sampah. Mengapa begitu? Lagipula saya termasuk korban kerusakan rumah. Satu yang hampir rusak total dan satu lagi yang rusak berat. Tahun 2005 saya rehab sendiri. Apakah ada masih hak saya meminta reimbursement, ataupun pembangunan yang baru. Selain itu ada satu gereja yang dulunya roboh total. Tetapi hingga sekarang satu rupiah pun tidak ada bantuan dari BRR. Bagaimana seharusnya?
Yang mengirim ini adalah penduduk desa Lolomoyo tadi, yang kebetulan sebagai Pastor Katolik Ordo Kapusin. Atas tanggapan saya ucapkan terimakasih. Salam untuk rekan saya dosen dulu Bapak Deri Dohude dan tentu saja kepada Bapak William P.Sabandar. Syaloom. P.Philip Giawa, OFMCap

Respon Kami:

From: Emanuel Migo/BRR
To:Philip Giawa
cc:emanuel.migo@brr.go.id
Date:Thursday, April 17, 2008 07:43PM
Subject:Re: bangunan brr di desa lolomoyo nisel

Yth Pastor Giawa,
Terima kasih atas emailnya dan minta maaf karena terlambat membalas. Kami punya kesulitasn teknis dengan alamat email ini. Mohon dapat dimengerti.

Mengenai perumahan seagaimana disampaikan, kami sampaikan ke bagian perumahan. Sebagai informasi, memang ada cukup banyak unit rumah yang terbengkelai pengerjaan pada periode lalu karena berbagai alasan. Untu itu, pada tahun ini juga bagian perumahan BRR berusaha menyelesaikannya.

Sedangkan untuk bantuan pembangunan rumah yang baru saat ini sedang dilaksanakan dengan pendekatan pembangunan rumah berbasis masyarakat dan sementara itu juga diadakan pendataan penerima bantuan melalui musyawarah desa.

Sedangkan mengenai bantuan pembangunan gereja, kami telah membentuk suatu majelis yang terdiri dari wakil dari berbagai kelompok gereha untuk mengatur gereja mana saja yang mendapat bantuan. Dalam hal ini, gereja Katolik pun ada wakilnya di sana.

Terima kasih.
Emanuel Migo BRR NAD-Nias Public Information Center (PIC) - Nias Representative Office

Philip Giawa:

From: Philip Giawa
To:Emanuel Migo
Date:Thursday, April 17, 2008 09:11PM
Subject:Re: bangunan brr di desa lolomoyo nisel

Yth. Bapak Emanuel Migo
di:Gunung Sitoli
Terimakasih banyak atas tanggapan Bapak. Sekurang-kurangnya, saya sudah tahu sekarang bahwa Email saya sudah sampai ke alamat. Beberapa hari yang lalu saya juga kirim Email kepada Bapak William Sabandar melalui situs e-aceh-nias.org, perihal yang sama. Intinya ialah agar pada masa depan ini rumah-rumah (rusak ringan,berat,total) di mana saja, khususnya di desa kami tidak dilupakan begitu saja. Ada sebagian yang atas inisiatif si punya rumah membangun kembali dengan biaya sendiri. Saya dengar bahwa bisa dilakukan reinborsement (penggantian biaya?). Pastilah saya akan masih berkomunikasi dengan pihak Bapak mengenai ini di masa-masa yang akan datang. Kalau bisa follow up nya dapat dilakukan pada waktu yang akan datang. Untuk beberapa waktu ini saya masih tinggal di Sibolga, dan dari waktu ke waktu pulang ke Nias. Saya sangat senang kalau kapan-kapan saya bisa bertemu langsung dengan Bapak. Untuk sementara, sampai di sini dulu. Selamat bertugas. Syaloom!