Kamis, 26 Juni 2008

Dialog dengan Pastor Philip Giawa mengenai Proyek BRR

SURAT PASTOR PHILIP GIAWA:

From: Philip Giawa
Subject: proyek brr
To: Emanuel Migo
Date: Wednesday, June 25, 2008, 8:50 PM

Yth. Bapak Emanuel Migo!
Dari tgl 2 s/d 21 Juni yang baru lalu saya berjalan-jalan di sebagian Pulau Nias. Setelah 4 bulan sejak kunjungan terakhirku pada bulan Pebruari 2008, saya melihat sudah banyak kemajuan pembangunan yang pesat. Tidak lama lagi, barangkali dalam waktu 1-2 bulan ke depan jalan ruas G.Sitoli-Moi-Soliga-Lolowa'u seluruhnya sudah akan di hotmix.

Ada beberapa temuan sehubungan dengan "piknikku" sekali ini. Pertama, Ruas jalan Lolowa'u-Amandraya-Lagundri, yang merupakan sebagian dari jalan propinsi, nyaris tak tersentuh. Apalagi ruas Amandraya-Hilimaenamolo (keduanya di Nisel) bukan lebih baik, tapi jauh lebih buruk dari sebelum gempa pun. Mengapa demikian. Saya tidak melihat juga ada tanda-tanda perbaikan. Di sejumlah ruas di jalan tersebut, betul-betul sudah rusak parah. Jalan raya sudah berubah menjadi kubangan.

Itulah sebabnya, saya heran ketika membaca dulu press release dari Bpk William, yang mengatakan bahwa jalan Propinsi tinggal 6 km lagi yang belum diperbaiki. Kenyataannya ruas Lolowa'u- Lagundi itu ada 60 Km dan ruas Lolowa'u - Sirombu ada 25 Km; belum lagi terhitung ruas Tuhemberua-Lotu, serta Lahewa - Afulu- Sirombu. Yang mana sebenarnya yang dimaksud dgn jln propinsi di Nias.

Selanjutnya, saya mengamati di ruas jalan Soliga Lolowa'u sedang ada pekerjaan pelebaran jalan dan pengaspalan hotmix. Di desa Talio, di lorong Hilikara Kec Lolowa'u Nisel sedang diperlebar jalan dandiaspal hotmix satu ruas yang berbahaya. Berbahaya karena bagian jalan sebelah Barat berbentuk curam tajam. Dan setelah digali oleh shovel dari ketinggian tampak batu-batu besar yang bergantungan, siap utk setiap saat meluncur ke bawah di jhalan raya. Sangat berbahaya. Apakah BRR kekurangan fantasi? Tolonglah diatasi bahaya kelongsoran akibat pelebaran jalan itu. Saya tahu bahwa tebing itu sudah kian longsor waktu gempa. Dan selama 4 tahun ini sudah ditumbuhi oleh pohon-pohon yang seklaigus berfungsi sbg penahannya. TEtapi setelah terjadi penggalian karena pelebaran jalan maka dgn sendirinya, seolah kelongsoran dilestarikan kembali. Tolong dilihat di lapangan Pak. Dan situasi seperti itu tidak hanya di satu tempat tadi. Ada lagi di dekat Soliga Kec Lolowa'u. Kondisi sama dan potensi bahaya sama juga.

Lebih lanjut, saya beritahukan bahwa proyek BRR yang tekait dgn pengadaan air minum terbengkalai total di Kec Lolowa'u. Pipa2 hitam panjang itu sekarang berkeliaran liar di jalan-jalan. Bak-bak air penampungan di desa-desa sudah selesai lama. Tetapi air tidak pernah dialirkan. Apakah BRR tidak pernah menceknya?

Demikian saja dulu Pak. Semoga ada tanggapan. Lebih lagi tindakan nyata mengatasi bahaya-bahaya tadi.

Salam dari saya Pastor Philip Giawa.

TANGGAPAN BRR:

Re: proyek brr
Thursday, June 26, 2008 10:08 AM
From: Emanuel Migo
To: Philip Giawa

Ya'ahowu!! Terima kasih atas informasi mengenai berbagai bahaya seputar pengerjaan jalan, yang akan saya sampaikan ke berbagai bidang terkait. Karena keterbatasan dana, kami mohon informasi dari masyarakat seperti ini dapat juga disampaikan ke pemerintah daerah, sehingga terjadi sharing tanggungjawab dalam proses pembangunan. BRR sebentar lagi mengakhiri mandatnya, dan respon terhadap hal-hal seperti ini sebaiknya mulai juga melibatkan pemerintah daerah.

Informasi lain, seperti pipa yang terbengkelai perlu kami sampaikan bahwa itu bukan proyek BRR. Kami tidak memiliki proyek perpipaan air minum di daerah yang disebutkan. Namun demikian informasi ini akan kami cek, mungkin dilaksanakan oleh NGO atau pemerintah daerah?

Mengenai komitmen pengerjaan jalan propinsi, yang kami maksudkan sekitar 6 km lagi belum ada komitmen alias belum tersedia anggarannya, dan itu akan diupayakan pada tahun anggaran berikut (TA 2009). Sedangkan yang lainnya merupakan komitmen yang telah, sedang dan akan dikerjakan.

Untuk ruas jalan porpinsi dari Lolowau menuju Teluk Dalam, sepanjang lebih dari 50 km saat ini telah terkontrak dengan nilai lebih dari Rp.100 milyar. Saat ini mulai dilaksanakan mobilisasi untuk pelaksanaan. Ruas lainnya ke arah Lahewa sebagaimana disebutkan juga sedang dan akan dilaksanakan. Pada ruas ini sebagaian telah memulai pekerjaan, dan ada ruas yang sedang dalam proses persiapan tender. Total anggaran yang telah disediakan termasuk untuk ruas ke arah utara Nias tersebut sekitar Rp. 300 milyar.

Semoga dapat menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan. Oya, terkait informasi mengenai perumahan di Desa Lolomoyo, Bagian Perumahan BRR Distrik Nias telah melakukan pengecekan ke lapangan pada tanggal 03 Juni 2008. Dari hasil pengecekan ini telah dirinci berbagai masalah, dimana ternyata ke-4 rumah tersebut umumnya belum lengkap dikerjakan, kecuali rumah atas nama Yasombowo Nduru (Ama Mare) yang telah ditempati sejak April 2008.

Sekali lagi, terima kasih.

Emanuel Migo Communication & Information Manager
BRR NAD-Nias (Nias Office)
Web-blog: http://pic-brr.blogspot.com

TANGGAPAN PASTOR PHILIP GIAWA:

Re: proyek brr
Friday, June 27, 2008 8:55 AM
From: Philip Giawa
To: Emanuel Migo

Ya'ahowu Pak! Terimakasih atas informasi dan penjelasan tentang jalan-jalan propinsi yang ditangani BRR dan pipa-pipa air yang terbengkalai itu. Sebelumnya saya pikir bahwa semua proyek yang berkaitan dengan rekon-rehab Nias entah itu dari BRR atau dari NGO/LSM harus mendapat persetujuan dan pengawasan dari "Departemen" BRR. Namun info sangat memuaskan!

Saya mengamati pula bahwa pengerjaan yang terakhir ini jauh lebih sungguh-sungguh dan profesional dari yang sebelumnya. Maaf memang kepada pemborong sebelumnya. Misalnya ruas jalan yang sering saya lewati ialah Soliga-Lolowa'u (Nisel). Karena mutu aspal hotmix yang tidak standard barangkali serta kekurangan SDM pekerjanya maka belum satu tahun sudah mulai lagi rusak di sana sini. Malah ada yang dibongkar berkali-kali. Alasan klasik yang diberi biasanya adalah curah hujan yang sangat tinggi di Nias serta umur geologis tanah Nias masih relatif muda, baru beberapa milyar tahun. Diperlukan mungkin 1 milyar tahun lagi baru menjadi padat seperti tanah-tanah di Sumatera.

Tetapi, pikiran baru tidak lagi begitu gampang menerima alasan klasik tersebut. Yang jelas pengerjaan jalan yang sering rusak kembali itu pastilah sebelumnya kurang matang dipikirkan. Bisa jadi, alasan klasik lagi, lebih untung oriented daripada daya tahan oriented. Lagi, tampak bahwa para kontraktor tidak mempunyai orang-orang yang profesional dalam pembuatan jalan. Tampak sebagai semacam experimen saja. Misalnya, saya sendiri sebagai sangat awam dalam hal ini, tapi saya tahu kalau cekungan besar janganlah maunya dihotmix dalam bentuk cekungan juga. Contoh yang bagus ialah pengurangan tanjakan ke ruas jalan menuju Botombawo dari Gunung Sitoli, Km 18. Bagus sekali. Tetapi lihatlah di cekungan di Sisarahili (Harimbale Nono Alawe) Kec. Lolowa'u, Nisel. Cekungan itu berbentuk U. Lalu, air mengalir kemana? Terpaksa air berkumpul seturut hukum alam di tempat yang paling rendah setiap kali hujan. Akibat, gampang diterka. Bagian dasar U tersebut menjadi lembek pelan-pelan dan akhirnya koyak-koyak dibuat oleh kendaraan2 yang 10 ton ke atas.

Baik kalau informasi-informasi seperti ini disampaikan kepada kontraktor2 lama dan terlebih-lebih yang baru. Kemudian, ada usul agar bahu jalan yang sering ditanami oleh penduduk, yang dengan sendirinya mempercepat perusakan jalan, disemen saja, tidak hanya dipasiri. Kalau dengan semen ubi tidak bisa tumbuh. Saya mengamati ini di sekitar ibu kota Moi, Km 34 arah Lolowa'u. Bagus sekali. Kiri kanan sudah disemen. Dengan demikian hanya ibu-ibu yang cukup gila yang akan menanam di atas semen. Lagi pula, karena kantor Bapak dengan pendopo Bupati hanya dua tiga langkah jauhnya maka tolong diminta agar diinstruksikan kepada seluruh desa agar ibu-ibu yang membersihkan ubinya di pinggi jalan jangan membuang rumput dan tanah di atas jalan aspal. Selain aspal pelan-pelan dirusaki oleh tanah itu, juga bahaya maut bagi pengendara2 sangat potensial. Saya melihat sampai sekarang, ibarat mafia, kepada para penanam di bahu-bahu jalan tsb tidak ada yang berani menegur. Padahal bisa jadi para penduduk lugu itu tidak pernah diberitahu bahayanya.

Sebagai tambahan, saya sudah mulai mengamati pula rumah2 BRR yang "berbentuk" BLM. Rumah itu saya yakin akan lebih bagus karena kerangkanya dari baja ringan. Hanya saja, saya mendengar BRR di TEluk DAlam itu kurang setia dengan kesepakatan2 yang telah dibuat. Berobah-obah setiap saat. SAya melihat jumlah yang akhirnya tiba di tangan masyarkat tidak lagi BLM tapi berobah menjadi Bantuan Langsung "Manager". Manager di sini dalam tanda kutip. Semoga kesan-kesan yang lebih baik tertinggal dan terpatri sebelum BRR "berangkat" di Nias. Ok pak, terimakasih atas kesedian ber sharing terus menerus. Syalom dari Pastor Philip Giawa. Salam untuk utk kepala Distrik William.P.Sabandar, dan rekan-rekan yang sangat-sangat dedikatif. Ya'ahowu!

Oh satu lagi, sepele tapi mengganggu perasaan keniasan saya. Penulisan LOLOWA'U di papan2 merek penunjuk itu tidak lazim, dan tak pernah ditulis demikian sebelumnya. Selalu ditulis begini: LOLOWA'U; dan bukan LO'LO'WA'U. Kalau penulisnya tidak tahu menulis O Umlaut (titik dua di atas), maka lebih baik biarkan O biasa saja, tapi jangan beri kutip satu terlalu banyak dari yang perlu. Tolong dicari siapa penulisnya itu dan mohon agar diperbaiki. Sayang, anak-anak TK dan SD akan memandang seterusnya bahwa itulah ejaan yang benar. Kalau Dinas Pendidikan tidak menyadari ini maka bisa disimpulkan mereka hanya sibuk dengan yang "besar-besar" saja. Saohagolo, bukan Saohago'lo'!