Selasa, 29 April 2008

Surat Elektronik Philip Giawa_Bagian Dua

Respon Kami:

Date:Sat, 26 Apr 2008 21:24:17 -0700 (PDT)
From:"Emanuel Migo"
Subject:Re: bangunan brr di lolomoyo
To:"Philip Giawa"
CC:e-aceh-nias@brr.go.id,

Yth. Romo Philip,
Terima kasih atas respon yang baik sekali atas e-mail saya kemarin. Informasi detail dan pandangan Romo sangat berguna dan merupakan feedback yang sangat baik bagi kami untuk menilai program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nias dan Nias Selatan yang tengah berlangsung. Saya dengan senang hati meneruskan informasi dan pandangan Romo ini ke Kepala BRR Perwakilan Nias Bpk William P. Sabandar.

Kami sependapat terkait keprihatinan Romo terhadap bagaimana masyarakat miskin di desa-desa dapat mengakses dan memanfaatkan kemajuan infrastruktur fisik yang ada. Terkait hal ini, kami anjurkan Romo membaca wawawancara Kepala BRR Perwakilan Nias William P. Sabandar dan tulisan terkait lainnya di www.niasonline.net (pada bagian Diskusi Online II) dan wawancara mengenai strategi rekonstruksi transportasi Nias di http://pic-brr.blogspot.com/2007_07_22_archive.html

Sesuai mandat BRR, proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang berlangsung di Nias dewasa ini memang lebih fokus pada pendekatan pembangunan kembali pasca bencana. Meskipun demikian, kemajuan yang telah dicapai sekarang ini menurut kami sangat baik, yang memungkinkan terbukanya peluang untuk pembangunan berkelanjutan menuju Nias yang makmur dan kuat.

Butuh pemikiran bersama dari berbagai pihak yang concern dengan pembangunan Nias untuk menggerakan pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia di Nias pasca BRR. Untuk itu, menurut rencana pada 15 Mei mendatang kami mengadakan pertemuan seluruh stakeholder rekonstruksi Nias di Medan Sumatra Utara, yang fokus membicarakan komitmen lanjutan dalam rangka mempersiapkan pembangunan berkelanjutan di Nias.

Secara umum, tujuan Nias Island Stakeholder (NISM yang ke-4) di Medan adalah untuk membangun komitmen paling tidak 3 hal utama. Pertama, bagaimana mengembangkan kelembagaan dan organisasi yang dapat menjamin transisi rekonstruksi dengan baik dan sekaligus menjalin keberlanjutan peran donor dan pemerintah pusat pasca BRR. Kedua, merumuskan strategi dan rencana aksi bagi upaya pengurangan resiko bencana menuju masyarakat Nias yang siaga bencana. Ketiga, mendukung pemerintah daerah dalam mengembangkan rencana aksi bagi pengembangan ekonomi dan pembangunan manusia di Kepulauan Nias.

Untuk pengembangan ekonomi masyarakat sendiri, BRR tengah mempersiapkan suatu program yang disebut program pengembangan ekonomi dan livelihood (Nias Livelihood and Economic development Program/Nias LEDP). Program dengan dukungan dari Multi Donor Fund ini menyiapkan dana sebanyak Rp. 180 milyar yang dilaksanakan selama 3 tahun sejak pertengan tahun 2008.

Itulah secara ringkas gambaran mengenai apa yang akan segara kami laksanakan dengan kesadaran yang sama terkait bagaimana membangun masyarakat Nias yang lebih baik ke depan. Untuk itu, kami sangat memohon peran serta semua pihak, termasuk tentu saja Romo Philip untuk membantu memikirkan, dengan kritik, saran dan aksi lainnya yang dirasa perlu untuk menopang tujuan mulia ini.

Terima kasih dan Selamat Berhari Minggu.

Philip Giawa:

Date:Sat, 26 Apr 2008 03:57:51 -0700 (PDT)
From:"Philip Giawa"
Subject:bangunan brr di lolomoyo
To:emanuel.migo@brr.go.id
CC:e-aceh-nias@brr.go.id,

Kepada Yth. Bapak Emanuel Migo di : Gunung Sitoli, Nias
Terimakasih atas surat Bapak yang terakhir yang “mendarat” di atas Laptop tua saya pada Saturday, April 26,2008, 1:40:24 PM. Dengan surat Bapak saya menjadi makin memahami cara kerja di BRR pada umumnya dan di Bagian Bapak pada khususnya. Terlebih sekarang saya sudah mengerti bahwa harapan untuk mendapatkan bantuan yang layak (sebenarnya berupa “hak” dan bukan “derma”) bagi gedung Gereja Katolik di Desa saya (aduh, maaf, terpaksa saya memakai Possessive Pronomen First Singular, yaitu saya) Lolomoyo sudah pupus in aeternum.
Dengan ini saya akan beritahu juga pada Panitia Pembangunan Gereja Lolomoyo bahwa, daripada menagih hak kepada Dekanus Nias apalagi kepada Pastor Paroki, lebih baik berbahagia dengan kondisi yang sudah dicapai atas usaha sendiri dulu. Soalnya, proses permohonan bantuan untuk semua gereja di Paroki Togizita adalah dilakukan oleh saya sendiri sebagai Pastor Paroki incumbent waktu itu. Dan Gereja stasi Lolomoyo mendapat prioritas yang pertama, bukan karena It is my church, tetapi karena di antara semua gedung gereja katolik yang ada di Kecamatan Lolowa’u, Kabupaten Nias Selatan dialah yang sudah totally damaged. Itu sebabnya menjadi suatu pertanyaan dari pihak saya. Tapi setelah ada jawaban final melalui Bapak, saya kini maklum.

Saya beralih ke pokok yang lain. Tentang 4 rumah buatan BRR yang dibengkalaikan. Harus dikatakan bahwa pembangunannya dulu memang tanpa pengawasan yang memadai. Ditambah lagi, dua dari bangunan itu tidak memenuhi kriteria keadilan pemilihan penerima bantuan. Saya setuju bahwa kalau bisa semua rumah orang miskin dibangun secara gratis. Tetapi bukan itu prioritas kan ? Kepala Desa kami memang sangat ceroboh dalam hal ini. Tidak jelas lagi siapa menerima dan siapa tidak; siapa yang pertama dan siapa yang dikemudiankan.. Keempat rumah tsb :masing-masing a.n. Ama Riana Halawa (rusak berat, rumah lama masih dipakai sampai sekarang; rumah BRR ini dibangun atas tanah yang bermasalah, tanah warisan yang belum disetujui oleh banyak pihak; bisa saya pastikan bahwa dengan berdirinya rumah Ama Riana buatan BRR itu nanti perselisihan dan sengketa di antara yang bersaudara potensial terjadi. Harap dicatat agar kelak jangan terkejut kalau pihak BRR akan dipanggil barangkali ke pejabat yang berwewenang; maka kalau ada apa-apa terjadi kelak minimal ini sudah saya publikasikan dan menjadi salah satu sumber pengambilan keputusan hukum yang sah. Rumah yang berikut ialah a.n. Ama Rama Giawa; ini benar-benar dulu sudah rata dengan tanah; kemudian karena BRR agak lama kemudian baru datang si Ama Rama itu ambil inisiatif dan mendirikan rumah kayu yang bagus untuk keluarganya; yang ketiga a.n. Yasombowo Ndruru. Rumahnya sama sekali tidak rusak oleh gempa, tetapi karena hanya terdiri dari lantai tanah dan dinding papan serta atap rumbia maka dibangun atas dasar “belaskasihan” dari Kepala Desa Yafeti Halawa II (?); dan yang terakhir rumah atas nama Fatoro Giawa. Yang ini benar-benar sudah hancur lebur. Dulunya rumah itu adalah satu-satunya rumah adat motif Nias Tengah yang masih utuh di seluruh Kecamatan Lolowa’u. Lama sudah tidak direhab karena siempunya tidak mungkin menyanggupi biayanya, akhirnya tamatlah riwayatnya oleh gempa dahsyat itu. Terlepas dari reality di atas saya sangat mengharap bahwa rumah-rumah itu difungsikanlah untuk manusia. Terimakasih!

Sedikit sharing dengan hal lain. Setiap kali saya membuka situs www.e-aceh-nias.org saya tertarik dengan salah satu running text dari YM Soesilo Bambang Yudhoyono, President of Indonesia, yang berbunyi: “ We will rebuild Aceh and Nias, and we will build it back better…” Apa yang dikatakan oleh Bapak Presiden ini sudah menjadi kenyataan, sekurang-kurangnya sebagian. There have been many things in Nias that have been really better, compared with the condition before the earthquake. We can see the very good road from Gunung Sitoli via Idanogawo to Teluk Dalam , circa 110 long; the other provincial roads: Gunungsitoli to Lahewa via Tuhemberua; the road from Gunung Sitoli to Lolowa’u; Lolowa’u-Teluk Dalam is an exception. It is still not much better than 5 years ago. The very vital bridge in Sungai O’O’U kecamatan Lolowa’u, Kab. Nias Selatan has not yet begun. It is still a belly bridge. What else can we say? Look at the RSU Gunung Sitoli. I think it would be one of the best hospitals in North Sumatera . It has been funded by Malaysia , China , Singapore and Japan . Extraordinary! Das ist wunderbar, the Germans usually say. Turn to the Dermaga Gunung Sitoli, now it is being built, and it will really be better, I believe. Where are we going now. Go with your Honda, or what you call it, and round the villages, you can give testimony that, thousands of new by BRR –built buildings (by BRR itself or by NGO’s) have been really there. You can watch the laughing children and the sitting mother, they are enjoying the gift from God through many very good will persons from all over the world. I am mentioning only a little drop of the ocean of development, done since BRR is implemented.

But, but yes. Could I give you a different point of view? Without undervalueing the accomplishment, I would like to show another reality. What has been done, truly, it still touches more the elite people than the poor. Let us give an example. We are proud of many hundreds Kms new good roads. But for whom? Do they touch the need of many poor people in the very remote villages in Nias? What is it for to them the good road, if they do not have an access from their villages to the hot mixed roads? It is nonsense like it was. They stay untouched. Why? Because the policy of rebuilding is not poor people based. Who are proud of the hot mix? Certainly, they who have motors, who have Ranger, Jeep, BMW, and so on. I have been rounded many times almost all the surface of Nias land, because I have been a parrochial priest during 20 years, and the last when I was in Paroki Amandraya November last year (2007). What I have seen directly in the villages pushed me to the conclusion and a question: what and where the better things that our President has promised to the International Forum?? The people still have no access to a good schools, to a good hospitals. Before reaching a “nearest” hospital they have died. This is and this was so. We are proud of Rumah Sakit Rujukan in Gunung Sitoli, but only those who have enough money, that can be healed there. The poors remain disabled.

What heaven am I saying this? Certainly not to diminish the credibility of BRR. Not at all! But only to attract awareness of another reality side. April 2009 BRR will finish and say good bye to Nias. Can the local governmenttake over and continue the rehabilitation and the reconstruction? I believe, it can if it has a good political will; so, I have a suggestion: not to leave behind the poor. Hot mix road, good harbour, best hospital, new bulding, all those are undispensable; but the more important things is that how to make the poor people aware that BRR is not a Sinterklaus. The billions rupiahs of money that have been used to rebuild Nias is not “derma” at all, but a debt that must be repaid by us all now or when in the future. In other words, don’t let the Niassans behind not knowing what to do next after. In my opinion, “build it back better” according to the term of our President, must mean create access to the poor to rebuild their life themselves better, not “hung” by the donors for ever. It need long and serious discussion to land this idea on earth.

Maaf Pak Emanuel Migo, saya selingi dengan bahasa asing karena tembusan Email ini ada yang ke luar negeri. Satu Draf sedang saya siapkan dalam bahasa Jerman dan satu lagi dalam bahasa Italia. Kebetulan dulu saya berkesempatan lebih dari 4 tahun di Eropah khususnya di kedua negara itu dan hingga sekarang ada korespondensi dgn sejumlah rekan studen dulu dan sekarang. Kata pepatah, Two heads is better than one head.

Terimakasih atas kesediaan membaca email panjang ini. Semoga inspiratif! Maaf kalau ada kata yang kurang formal dan bahkan vulgar. Sampai jumpa di email-email berikut. Dari Pastor Philip Giawa.

1 komentar:

kebenaran mengatakan...

jamu psikologi kunjungi : www.setansatan.blogspot.com jamu memang pahit